Saturday, September 1, 2012

Letters in my tree

*01 September 1971*
Kulihat ia berjalan menuju Hogwarts Express. Langkah pasti, tatapan mengawasi. Pure-blood. Sudah bukan hal asing pada zaman ini bahwa pure-blood lah yang berkuasa. Tapi ada yang berbeda dari orang ini. Dia terlihat sangat berhati-hati. Seakan anak-anak disini adalah bom waktu. Mungkin aku harus berhati-hati dengan dia.

*25 Desember 1974*
“Tambah lagi, Anggun?”
Aku tersenyum mengiyakan. Aku merayakan natalku di rumahnya. Kami melakukan giliran. Tahun kemarin dia merayakan natal ke rumahku. Keluarganya cukup ramah padaku. Aku senang-senang saja. Tapi kulihat dia tampak murung di seberang meja. Dia hanya memainkan makanannya. Aku tahu kenapa. Dan aku yakin kalian juga tahu kenapa.
“Kau kok bisa sih tahan sama mereka?” Semburnya saat masuk ke kamarku.
Aku hanya mengangkat bahu. Tak tahu harus menjawab apa. Kami cukup dekat dalam waktu 3 tahun ini. Awal kami berkenalan adalah saat ia bersalaman denganku karna kami berdua adalah siswa/siswi pertama yang memasuki Gryffindor. Sejak saat itu kami berdua sangat dekat. Aku juga cukup dekat dengan ketiga temannya yang lain. Cukup menyenangkan menjadi sahabatnya. Yeah, sahabatnya.

*31 Agustus 1976*
“Kau, apa?”
Kuhembuskan napas. Ada semacam luka dalam hatiku. Aku sudah cukup dewasa untuk tahu apa rasa sakit ini. Aku sudah cukup dewasa untuk tahu apa perasaan ini. Tapi aku belum cukup dewasa untuk mengetahui apa yang harus aku lakukan terhadap rasa sakit di perasaan ini.
“Ayahku dialih tugas kan ke Yunani. Aku harus pindah sekolah.” Ucapku padanya.
“Kau bercanda bukan?” Tanyanya.
Aku tak berani memandang matanya. Rasanya sakit harus meninggalkan orang yang sangat ku cintai. Rasanya sakit karna hanya aku yang merasakannya. Rasanya sakit karna aku tak bisa meluapkan semuanya.
“Tak masalah bukan? Kita masih bisa berkirim surat dengan burung hantu. Walaupun....” itu tak pernah cukup. “Walaupun itu sangat menyusahkan.“ Ucapku sembari tersenyum menyeringai.
Hening.
Kuangkat kepalaku. Kulihat ia memandangku dengan tatapan marah. “Itu berbeda.”
“Apa yang beda? Apakah itu berarti? Tidak untukmu, kan?” Tantangku.
“Kau tak pernah tahu apa-apa, Anggun.”
“Karna kau tak pernah memberi tahuku apa-apa, Sirius.”
Aku pergi dari rumahnya. Itulah percakapan terakhir kami. Selamanya.

*01 Sepetmber 2000*
Aku berada di King’s Cross mengantar anakku yang ke-2 berangkat ke Hogwarts. Bersama, kami melewati peron 9 ¾. Kulihat si ular merah besar. Hogwarts Express. Teringat bagaimana kali pertama aku menaikinya. Kali pertama aku melihatnya.
Selama aku di Yunani, aku masih tetap berlangganan Daily Prophet. Aku selalu mengikuti perkembangannya. Saat ia dipenjara di Azkaban. Saat ia berhasil lolos dari Azkaban. Saat namanya dibersihkan atas segala tuduhan. Aku percaya padanya. Selalu.
Setelah mengatar anakku, aku akan mampir ke rumah lamaku. Mengenang hal-hal yang baik. Jika aku masih ingat hal-hal baik itu.
Rumahku dekat dengan pemukiman Godric’s Hollow. Rumah sederhana tapi nyaman. Aku berkeliling di sekitar pekarangan. Teringat saat dia mengajarkanku teknik-teknik quidditch disini. Kuhampiri pohon lebat disamping rumahku. Tempatku dan dia bersantai setelah bermain quidditch.
Kulihat sesuatu menyembul dari lubang di bawah pohon itu. Saat kuambil, ternyata itu adalah beberapa surat yang sudah mengkuning. Surat itu dilindungi mantra impervius. Dapat kukenali tulisan tangan itu. Sirius.

------------------------------------------------------------------------------------------------

21 Juli 1977
Hai! Kau dimana sekarang? Terakhir kali kita berbicara kau tidak memberitahuku alamatmu di Yunani. Aku sungguh mengkhawatirkanmu. Aku bertanya-tanya pada tetanggamu. Tak ada yang tahu. Kau seperti menghilang begitu saja. Apa kau tak memikirkan perasaanku?
Dari sahabatmu,

Sirius Black
P.s.: Selamat ulang tahun.

------------------------------------------------------------------------------------------------

21 Juli 1978
Akhirnya aku lulus dari Hogwarts. Aku memutuskan untuk bergabung dengan Order Phoenix. Aku kabur dari rumah. James memberiku tempat di rumahnya. Dia memang sahabat terbaikku. Aku dengar wajahku dihanguskan oleh ibuku sendiri di pohon keluarga Black. Aku tidak peduli.
Aku masih mengkhawatirkanmu. Dimana kau?
Dari sahabatmu,

Sirius Black
P.s.: Selamat ulang tahun.

------------------------------------------------------------------------------------------------

21 Juli 1979
James dan Lily akan menikah. Aku terpilih sebagai pendamping laki-laki. Ah sahabatku. Aku sungguh bahagia atas dia. Bagaimana denganmu? Apakah kau akan menikah?
Keadaan disini sungguh kacau. Bagaimana keadaanmu? Dimana kau?
Dari sahabatmu,

Sirius Black
P.s.: Selamat ulang tahun.


------------------------------------------------------------------------------------------------

21 Juli 1980
Anak dari Lily akan segera lahir. Laki-laki. James berkata aku akan jadi bapak baptisnya. Aku tak bisa menggambarkan seberapa besar kebahagiaanku. Andai aku bisa membalas semua kebaikkannya.
Apa kau tak pernah kembali? Aku sungguh menantimu. Dimana kau?
Dari sahabatmu,

Sirius Black
P.s.: Selamat ulang tahun.


------------------------------------------------------------------------------------------------

21 Juli 1981
Semua berjalan dengan sempurna. Rumah Lily diberi mantra fidelius. Awalnya akulah sang pemegang kunci. Tapi beralih ke si kecil Peter. Aku khawatir padanya. Ada sesuatu yang berbeda. Tapi aku tak akan mencurigai sahabatku sendiri. Aku percaya pada mereka.
Apakah semuanya baik-baik saja? Aku selalu mengkhawatirkanmu. Dimana kau?

Dari sahabatmu,

Sirius Black
P.s.: Selamat ulang tahun


------------------------------------------------------------------------------------------------


21 Juli 1993
Aku dijebak oleh si busuk Peter. 12 tahun terpenjara karna bukan kesalahanku. Mengalami kondisi terburuk yang pernah aku alami. Aku akan balas dendam. Aku tahu dimana dia. Aku akan mengejarnya. Walaupun aku harus mati.
Apa kabarmu? Aku percaya kau akan membaca surat ini suatu hari. Entah kapan.

Dari sahabatmu,

Sirius Black
P.s.: Selamat ulang tahun.


------------------------------------------------------------------------------------------------

21 Juli 1994
Aku baik-baik saja sekarang. Aku masih dalam pelarian dengan buckbeak (seekor hippogriff). Aku sudah bertemu dengan Harry. Dia mirip sekali dengan James. Aku juga bertemu dengan Remus. Kau ingat dia, kan? Peter kabur. Tapi aku akan berusaha mengejarnya.
Aku selalu berharap kau membalas suratku. Selalu.
Dari sahabatmu,

Sirius Black
P.s.: Selamat ulang tahun.

------------------------------------------------------------------------------------------------

21 Juli 1995
Aku kembali ke rumahku. Tempat terburuk dan teraman. Harry mendapat masalah. Aku tak heran mengingat bagaimana Ayahnya. Tapi kali ini ia dijebak. Aku yakin itu.
Ini mungkin kali terakhir aku mengirimu surat. Entahlah. Aku hanya merasa seperti orang bodoh. Mengirimi seseorang surat setiap ulang tahunnya ke rumah lamanya dan tak pernah mendapat balasan selama 18 tahun. Jangankan balasan, kabar tentangmu pun aku belum dengar sama sekali. Pernahkah aku bilang padamu bahwa aku mencintaimu? Tentu saja tidak. Egoku terlalu besar. Tapi aku masih menunggumu. Aku akan selalu menunggumu.
Aku mencintaimu. Selalu.

Sirius Black
P.s.: Selamat ulang tahun. Selamat tinggal.

No comments: