Tapi itu semua berubah. Bukan karna negara api menyerang. Tapi karna hadirnya seseorang. Mungkin saat kalian membaca seseorang, kalian akan berpikir tentang orang yang gue suka alias gebetan gue. Tapi bukan, bro. Gue bukan raditya dika yang serba galau soal gebetan. Bukan. Bukan salah lagi. Oke. Jadi seseorang itu adalah guru gue. Dia memaksa gue untuk menjadi berbeda. Sebelumnya gue ga merasa gue adalah orang yang sangat normal. Gue merasa itu gue. Tapi guru itu seperti ngebuat jurang yang luas. Membuat gue sadar betapa normalnya gue. Betapa berbedanya dia. Temen-temen gue rata-rata ga suka sama dia. Karna bedanya dia. Awalnya gue begitu. Tapi semua berubah lagi. Karna gue mencoba untuk berpikiran seperti dia.
Call me evil or something like that. Karna gue sangat suka menertawakan orang. Saat gue mencoba melihat seperti yang guru gue lihat, apa yang gue lihat sangat sangat menghibur. Betapa mereka mudah tertebak. Mereka terlihat seperti bentuk kardus yang berbeda tetapi berjalan bersama-sama. Mereka menertawakan orang yang mengambil jalan yang berbeda dengan mereka tanpa mereka sadari bahwa mereka berdesak-desakkan di jalan yang sama. Setelah melihat ini gue mencoba untuk setidaknya mengambil resiko. Jujur aja sampai saat ini gue belum mampu. Ironis bukan saat gue menertawakan orang-orang yang berjalan dengan gue karna mereka menertawakan orang yang tidak berjalan dengan gue.
No comments:
Post a Comment