Kuingin hembuskan gelisah di dada dengan nafasku
Balon yang bulat kulepaskan dari tanganku
Semakin tinggi rahasia Terbang di langit biru
Ditiup angin entah kemana?
Cinta
Bagaikan ekor malaikat yang nakal
Kabur dengan lembut tak tahu ke mana matahari yang kudambakan terlalu silau
Kar'nanya
Aku berpura-pura tidak suka dan aku pun menjadi bersikap dingin
Aku memandang dari kejauhan Cinta tak berbalas hanya milikku
Jika kau sadar akan pandanganku pada dirimu
Jantungku pun berdegup kencang dan akan meledak
Mengapa perasaanku Jadi berat begini?
Ku ingin bertanya pada awan putih
Cinta
Bagaikan ekor malaikat yang plin-plan Gerak kesana sini susah kutangkap
Tak akan bisa atasi pada pengalaman pertama
Suatu hari
Arah angin akan berubah Hingga kebetulan kau lihat ke sini
Ku 'kan menunggu di tempat ini Hingga keajaiban munculnya pelangi
Cinta
Bagaikan ekor malaikat yang nakal Kabur dengan lembut tak tahu ke mana
Matahari yang kudambakan terlalu silau
Kar'nanya
Aku berpura-pura tidak suka dan aku pun menjadi bersikap dingin
Aku memandang dari kejauhan Cinta tak berbalas hanya milikku
ENGLISH TRANSLATION
This chest aches with a breath,
And I let go of the swelling balloon in my hand
Bit by bit it rises
A secret flying through the blue sky
Where will it go as it's blown by the wind?
Love
Is a mischievous angel's tail
Lightly it dashes away somewhere
The sought-after sun is too brilliant
Therefore,
I won't play around with that
And go about with a blunt manner
From far away I'm gazing
A one-sided love where only I have the feelings
If I could look at you with this gaze
And you notice me,
With a pang in the chest, my heart will just explode
Why does this feeling
Have to hurt so much?
I try to ask the white clouds for advice
Love
Is a fickle angel's tail
It can't be caught as it sways from side to side
As my first time, I can't manage it
One day,
The winds of fortune will change,
And until by chance you see this place,
I'll be waiting here
For the miracle that hangs a rainbow
Love
Is a mischievous angel's tail
Lightly it dashes away somewhere
The sought-after sun is too brilliant
Therefore,
I won't play around with that
And go about with a blunt manner
From far away I'm gazing
A one-sided love where only I have the feelings
source: akb48-corner
Thursday, August 8, 2013
Monday, May 27, 2013
*Kira-kira apa ya judulnya? -_-*
Tahu kah engkau rasanya?
Bercanda senang saat tahu tawa itu mungkin berubah
Bernyanyi merdu saat tahu suara itu mungkin berubah
Bercakap-cakap saat tahu nada itu mungkin berubah
Tahu kah engkau rasanya?
Bertemu riang saat tahu wajah itu mungkin berubah
Bertatap muka saat tahu tatapan itu mungkin berubah
Berfoto ria saat tahu senyum itu akan berubah
Katakan aku egois
Aku menutup telinga dari detak waktu
Katakan aku bodoh
Aku menutup mata untuk melihat
Maafkan aku, teman
Tapi itu menyakitkan
Aku mengerti, kawan
Tapi tetap itu menyakitkan
I just realize. I'm not good at poem ( -____-)/|Chairil Anwar|
Bercanda senang saat tahu tawa itu mungkin berubah
Bernyanyi merdu saat tahu suara itu mungkin berubah
Bercakap-cakap saat tahu nada itu mungkin berubah
Tahu kah engkau rasanya?
Bertemu riang saat tahu wajah itu mungkin berubah
Bertatap muka saat tahu tatapan itu mungkin berubah
Berfoto ria saat tahu senyum itu akan berubah
Katakan aku egois
Aku menutup telinga dari detak waktu
Katakan aku bodoh
Aku menutup mata untuk melihat
Maafkan aku, teman
Tapi itu menyakitkan
Aku mengerti, kawan
Tapi tetap itu menyakitkan
I just realize. I'm not good at poem ( -____-)/|Chairil Anwar|
Monday, May 6, 2013
Mainstream
Sejak gue SMP sampai SMA (ingatan gue saat masa SD sudah memudar), gue ga pernah sekalipun datang terlambat kecuali ada keterangan khusus. Pernah sekali-kalinya datang ke sekolah tipis sekali dengan waktu masuk sekolah. Kenapa? Karna jujur aja gue orang yang ga berani ambil resiko(Tapi gue ga ngomong kalau gue orang yang taat peraturan ya). Mungkin karna lingkungan gue yang memberi masukkan pemikiran untuk 'selalu pada jalurnya'. Itu menjadikan gue orang yang sangat normal. Andai kata gue spongebob, gue mungkin spongebob episode saat lubang-lubangnya hilang. Alias totally normal.
Tapi itu semua berubah. Bukan karna negara api menyerang. Tapi karna hadirnya seseorang. Mungkin saat kalian membaca seseorang, kalian akan berpikir tentang orang yang gue suka alias gebetan gue. Tapi bukan, bro. Gue bukan raditya dika yang serba galau soal gebetan. Bukan. Bukan salah lagi. Oke. Jadi seseorang itu adalah guru gue. Dia memaksa gue untuk menjadi berbeda. Sebelumnya gue ga merasa gue adalah orang yang sangat normal. Gue merasa itu gue. Tapi guru itu seperti ngebuat jurang yang luas. Membuat gue sadar betapa normalnya gue. Betapa berbedanya dia. Temen-temen gue rata-rata ga suka sama dia. Karna bedanya dia. Awalnya gue begitu. Tapi semua berubah lagi. Karna gue mencoba untuk berpikiran seperti dia.
Call me evil or something like that. Karna gue sangat suka menertawakan orang. Saat gue mencoba melihat seperti yang guru gue lihat, apa yang gue lihat sangat sangat menghibur. Betapa mereka mudah tertebak. Mereka terlihat seperti bentuk kardus yang berbeda tetapi berjalan bersama-sama. Mereka menertawakan orang yang mengambil jalan yang berbeda dengan mereka tanpa mereka sadari bahwa mereka berdesak-desakkan di jalan yang sama. Setelah melihat ini gue mencoba untuk setidaknya mengambil resiko. Jujur aja sampai saat ini gue belum mampu. Ironis bukan saat gue menertawakan orang-orang yang berjalan dengan gue karna mereka menertawakan orang yang tidak berjalan dengan gue.
Friday, February 8, 2013
Grenade - Bruno Mars
Easy come, easy go
That's just how you live, oh
Take, take, take it all
But you never give
Should've known you was trouble
From the first kiss
Had your eyes wide open
Why were they open?
Gave you all I had
And you tossed it in the trash
You tossed it in the trash, you did
To give me all your love is all I ever asked
'Cause what you don't understand is...
I'd catch a grenade for you (yeah, yeah, yeah)
Throw my hand on a blade for you (yeah, yeah, yeah)
I'd jump in front of a train for you (yeah, yeah, yeah)
You know I'd do anything for you (yeah, yeah, yeah)
Oh, I would go through all this pain
Take a bullet straight through my brain
Yes, I would die for you, baby
But you won't do the same
No, no, no, no
Black, black, black and blue
Beat me 'til I'm numb
Tell the devil I said "Hey" when you get back to where you're from
Mad woman, bad woman
That's just what you are
Yeah, you smile in my face then rip the brakes out my car
Gave you all I had
And you tossed it in the trash
You tossed it in the trash, yes you did
To give me all your love is all I ever asked
'Cause what you don't understand is...
I'd catch a grenade for you (yeah, yeah, yeah)
Throw my hand on the blade for you (yeah, yeah, yeah)
I'd jump in front of a train for you (yeah, yeah, yeah)
You know I'd do anything for you (yeah, yeah, yeah)
Oh, I would go through all this pain
Take a bullet straight through my brain
Yes, I would die for you, baby
But you won't do the same
If my body was on fire
Oh, you would watch me burn down in flames
You said you loved me, you're a liar
'Cause you never ever ever did, baby
But, darling, I'd still catch a grenade for you (yeah, yeah, yeah)
Throw my hand on the blade for you (yeah, yeah, yeah)
I'd jump in front of a train for you (yeah, yeah, yeah)
You know I'd do anything for you (yeah, yeah, yeah)
Oh, I would go through all this pain
Take a bullet straight through my brain
Yes, I would die for you, baby
But you won't do the same
No, you won't do the same
You wouldn't do the same
Oh, you'd never do the same
Oh, no no no
That's just how you live, oh
Take, take, take it all
But you never give
Should've known you was trouble
From the first kiss
Had your eyes wide open
Why were they open?
Gave you all I had
And you tossed it in the trash
You tossed it in the trash, you did
To give me all your love is all I ever asked
'Cause what you don't understand is...
I'd catch a grenade for you (yeah, yeah, yeah)
Throw my hand on a blade for you (yeah, yeah, yeah)
I'd jump in front of a train for you (yeah, yeah, yeah)
You know I'd do anything for you (yeah, yeah, yeah)
Oh, I would go through all this pain
Take a bullet straight through my brain
Yes, I would die for you, baby
But you won't do the same
No, no, no, no
Black, black, black and blue
Beat me 'til I'm numb
Tell the devil I said "Hey" when you get back to where you're from
Mad woman, bad woman
That's just what you are
Yeah, you smile in my face then rip the brakes out my car
Gave you all I had
And you tossed it in the trash
You tossed it in the trash, yes you did
To give me all your love is all I ever asked
'Cause what you don't understand is...
I'd catch a grenade for you (yeah, yeah, yeah)
Throw my hand on the blade for you (yeah, yeah, yeah)
I'd jump in front of a train for you (yeah, yeah, yeah)
You know I'd do anything for you (yeah, yeah, yeah)
Oh, I would go through all this pain
Take a bullet straight through my brain
Yes, I would die for you, baby
But you won't do the same
If my body was on fire
Oh, you would watch me burn down in flames
You said you loved me, you're a liar
'Cause you never ever ever did, baby
But, darling, I'd still catch a grenade for you (yeah, yeah, yeah)
Throw my hand on the blade for you (yeah, yeah, yeah)
I'd jump in front of a train for you (yeah, yeah, yeah)
You know I'd do anything for you (yeah, yeah, yeah)
Oh, I would go through all this pain
Take a bullet straight through my brain
Yes, I would die for you, baby
But you won't do the same
No, you won't do the same
You wouldn't do the same
Oh, you'd never do the same
Oh, no no no
Saturday, December 15, 2012
Misery Business - Paramore
I'm in the business of misery, let's take it from the top
She's got a body like an hourglass that's ticking like a clock
It's a matter of time before we all run out
But when I thought he was mine she caught him by the mouth
I waited eight long months, she finally set him free
I told him I couldn't lie, he was the only one for me
Two weeks and we caught on fire
She's got it out for me but I wear the biggest smile
Whoa, I never meant to brag
But I got him where I want him now
Whoa, it was never my intention to brag
To steal it all away from you now
But God, does it feel so good
'Cause I got him where I want him now
And if you could then you know you would
'Cause God, it just feels so
It just feels so good
Second chances they don't ever matter, people never change
Once a whore, you're nothing more, I'm sorry, that'll never change
And about forgiveness we're both supposed to have exchanged
I'm sorry honey but I passed it up, now look this way
Well there's a million other girls who do it just like you
Looking as innocent as possible to get to who,
They want and what they like, it's easy if you do it right
Well I refuse, I refuse, I refuse!
Whoa, I never meant to brag
But I got him where I want him now
Whoa, it was never my intention to brag
To steal it all away from you now
But God, does it feel so good
'Cause I got him where I want him right now
And if you could then you know you would
'Cause God, it just feels so
It just feels so good
I watched his wildest dreams come true
And not one of them involving you
Just watch my wildest dreams come true
Not one of them involving
Whoa, I never meant to brag
But I got him where I want him now
Whoa, I never meant to brag
But I got him where I want him now
Whoa, it was never my intention to brag
To steal it all away from you now
But God, does it feel so good
'Cause I got him where I want him now
And if you could then you know you would
'Cause God, it just feels so
It just feels so good
She's got a body like an hourglass that's ticking like a clock
It's a matter of time before we all run out
But when I thought he was mine she caught him by the mouth
I waited eight long months, she finally set him free
I told him I couldn't lie, he was the only one for me
Two weeks and we caught on fire
She's got it out for me but I wear the biggest smile
Whoa, I never meant to brag
But I got him where I want him now
Whoa, it was never my intention to brag
To steal it all away from you now
But God, does it feel so good
'Cause I got him where I want him now
And if you could then you know you would
'Cause God, it just feels so
It just feels so good
Second chances they don't ever matter, people never change
Once a whore, you're nothing more, I'm sorry, that'll never change
And about forgiveness we're both supposed to have exchanged
I'm sorry honey but I passed it up, now look this way
Well there's a million other girls who do it just like you
Looking as innocent as possible to get to who,
They want and what they like, it's easy if you do it right
Well I refuse, I refuse, I refuse!
Whoa, I never meant to brag
But I got him where I want him now
Whoa, it was never my intention to brag
To steal it all away from you now
But God, does it feel so good
'Cause I got him where I want him right now
And if you could then you know you would
'Cause God, it just feels so
It just feels so good
I watched his wildest dreams come true
And not one of them involving you
Just watch my wildest dreams come true
Not one of them involving
Whoa, I never meant to brag
But I got him where I want him now
Whoa, I never meant to brag
But I got him where I want him now
Whoa, it was never my intention to brag
To steal it all away from you now
But God, does it feel so good
'Cause I got him where I want him now
And if you could then you know you would
'Cause God, it just feels so
It just feels so good
Friday, November 9, 2012
Teman Pertama
“Hello, My name is Anandia Martha Yuniati,”
Seseorang
mengacungkan tangannya. Seorang laki-laki dengan penampilan paling berantakkan
yang pernah aku temui.
“Lo bisa bahasa
Indonesia nggak, sih? Nggak usah sok formal pakai bahasa Inggris hanya karna lo
sekolah di Sekolah Internasional deh,”
Semua murid di
kelas itu sontak tersenyum-seyum menahan tawa. Bagian mana yang lucunya?
“Jaga sikapmu,
Keyfa!” Tegur Bu Guru.
“Little bit,” Balasku datar. “Boleh saya
duduk sekarang, Ma’am?”
“Tentu
tentu.......” Bu Guru itu mengedarkan pandangannya ke segala penjuru kelas. “Kamu
duduk dengan Keyfa saja. Kebetulan teman duduknya sedang absen.”
Aku mengangkat
alisku. Dengan orang itu? Tidak salah? Aku akan membantah ketika kuamati
lekat-lekat wajah guruku. Wajah yang sangat ramah. Kata-kata yang sudah diujung
lidahku harus ku telan kembali. Aku mengangguk hormat lalu berjalan ke tempat
aku harus duduk.
“Jadi,
Anan....”
Aku banting
pelan tasku lalu duduk. Aku tidak ingin membuat kekacauan di hari pertamaku. “Panggil
saya Artha,”
Orang itu
tersenyum mengenjek. Betul-betul tampang yang sangat menyebalkan.
“Terserah deh.
Jadi, lo itu bule, hah?”
Aku pandang
laki-laki itu. “Apa maksud anda dengan kata ‘bule’ tadi?”
Laki-laki
bernama Keyfa itu melongo. Aku mendengus melihat ekspresinya itu. “Jujur, saya
kagum dengan namamu. It’s a good name.
But it’s not suit with your attitude,” Komentarku.
Wajah laki-laki
itu semakin tak terkontrol. Sungguh pemandangan yang lucu.
***
“You came from France? Really?”
“Why do you come back to Indonesia? France
is better than Indonesia, isn’t it?”
“How the guy in there? Omg!! I want to go to
France someday,”
“Kalian
apa-apaan, sih?! Norak tahu nggak. Dia tuh orang Indonesia. Nggak usah sok
ngomong pakai Bahasa Inggris. Bahasa nasional kita kan Bahasa Indonesia. Urusan
dia kalau dia nggak ngerti apa yang kita omongin!”
Aku terperanjat
mendengar suara keras Keyfa. Untung saja Bu Guru tadi sudah keluar. Aku
tak
ingin melihat wanita seperti dia marah-marah. Aku memang berasal dari
Perancis.
Mamaku adalah orang Perancis dan ayahku orang Indonesia. Akibatnya aku
mempunyai rambut hitam legam, badan proporsional, kulit yang lebih putih
dari orang asia
umumnya, dan mata berwarna abu-abu. Aku tinggal di Indonesia dari lahir
hingga
umur 7 tahun. Lalu ayahku ditugaskan ke Perancis, hingga aku kembali ke
Indonesia lagi.
“Ih, Keyfa!
Biasa aja kali. Reaksi lo lebay tahu,” Ujar perempuan yang memperkenalkan
dirinya dengan nama Ratih.
Aku mengerutkan
alis. “Apa itu ‘lebay’?”
“It means... Umm.. Acting more than it should
be,” Balas Ratih dengan senyum yang super ramah. Tapi ramah yang terlalu
dibuat-buat.
Aku lihat Keyfa
menggedikkan bahu seperti merinding kedinginan. “Norak banget sih lo, Ratih!
Dia aja nanyanya pakai Bahasa Indonesia, lo jawabnya sok pakai Bahasa Inggris.
Reva! Tuker bangku, yuk! Bisa mendadak gila gue disini,” Teriak Keyfa ke salah
satu laki-laki di sudut kelas.
“Nggak, deh. Lo
sih duduk di depan. Hari ini ulangan Bahasa Jepang. Kan gue ogah ulangan
berhadapan langsung dengan Sensei.”
Teriak laki-laki yang dipanggil Reva tadi. Keyfa mendengus karna harus menerima
nasibnya terperangkap denganku.
“Yaudeh. Lo
tuker sama gue aja, Fa! Noh, lo duduk sama Megan. Biar gue duduk sama Artha...”
Ratih menengok ke arahku dengan wajah yang berseri-seri. “Is it okay if i’m being your chairmate?”
Belum sempat
aku membalas ucapannya, dia sudah melenggang pergi dan kembali membawa tas.
Lalu dia melakukan gerakkan seperti mengusir Keyfa. Bagian kecil dariku tak
ingin Keyfa pergi. Lebih baik aku terperangkap dengannya daripada dengan Ratih.
“If you need something, you can ask me. This
is my job as your friend.” Ujar Ratih yang sudah duduk di sampingku.
Friend, huh?
***
“So, your mother is a Gaul?”
Aku mengangguk
sekenanya. Ingin sekali aku pergi dari sini secepatnya. Suasana seketika
menghening saat dari pintu muncul seorang guru dengan wajah yang ‘killer’.
“Keluarkan
kertas selembar. Kita langsung ulangan. Dan untuk Anandia, kamu duduk saja.
Tidak perlu mengikuti ulangan hari ini,” Ucap Guru tersebut.
“She said that you...”
“Saya mengerti maksud Guru itu. Terima
kasih.” Ujarku dengan nada sinis. Ratih diam membisu dan lalu menulis di
kertas kosong yang sudah ia siapkan sedari tadi.
Suasana kelas
yang hening sungguh mendamaikanku hari ini. Dari tadi yang kulakukan hanya
menahan senyum melihat ekspresi muka setiap anak-anak di kelas itu. Tatapan ku
beralih ke sosok yang tiba-tiba berdiri dan melangkah ke arah meja guru. Keyfa.
“Kamu yakin
dengan jawabanmu, Keyfa?” Tanya Guru itu dengan nada yang curiga.
“Yakin 100
persen, Sensei! Bahasa Jepang kan
Bahasa Ibu saya,” Jawab Keyfa dengan humor.
Tatapanku terus
menancap ke arah Keyfa sampai dia meninggalkan kelas. Dari sudut mataku, aku
menangkap suatu gerakkan aneh di sampingku. Saat aku menengok, aku melihat
Ratih mengeluarkan sebuah buku dari laci meja.
“What are you doing?” Tanpa sadar aku
berteriak terlalu keras hingga perhatian seisi kelas terpusat padaku dan Ratih.
Cepat-cepat Ratih memasukkan kembali buku tadi.
“Ada apa,
Anandia? Tanya Pak Guru yang sudah berdiri di sampingku.
“Ratih
mengeluarkan sebuah buku dari laci, Sir!”
Jawabku sejujurnya.
Pak Guru itu
menangkat alis. “Benar begitu, Ratih?”
Ratih
menggeleng cepat. Lalu Guru itu memasukkan tangannya dan menarik sebuah buku.
Dibukanya buku itu. Kembali kulihat alis Guru itu menaik.
“Kamu boleh
menyusul Keyfa keluar kelas, Ratih.” Perintah Pak Guru.
“Ta—tapi,
sa-saya belum selesai, Sensei.” Ujar
Ratih dengan gagap.
“Tidak apa-apa.
Lagipula kertas ujianmu tak akan diperiksa oleh Bapak. Silahkan meninggalkan
kelas.” Ucap Pak Guru dan berjalan kembali ke mejanya.
Ratih sontak
menoleh ke arahku dengan tatapan berang sebelum ia keluar kelas. Aku bingung.
Apa salahku?
***
“Lo kok jahat
gitu, sih?” Serbu Ratih setelah Guru Bahasa Jepang itu meninggalkan kelas.
Aku diam. Tidak
tahu harus membalas bagaimana.
“Apaan, sih?”
Keyfa menyeruak dari kerumunan murid-murid yang sudah mengelilingiku. Sebagian
diantaranya kesal dengan ulahku. Sebagiannya lagi ingin tahu apa yang akan
terjadi.
“Gara-gara
Artha gue kena sama Sensei!” Adu
Ratih.
“Apa salah
saya?” Tanyaku bingung. Lalu kerumunan tersebut membisikkan kata-kata yang tak
bisa aku dengar.
“Lo polos
banget, sih? Apa salah gue sama lo? Gue udah baik sama lo. Gue bersedia bantuin
lo kalau lo perlu apa-apa. Gue mau berteman sama lo. Apa salah gue, hah?!”
Bentak Ratih.
Tidak semua
kata-kata Ratih dapat aku tangkap. Tapi ada satu kalimat yang langsung
tertancap di otakku.
Aku lalu
menatap bengis ke arah Ratih. Kerumunan itu sontak terdiam melihat tatapanku.
“Sejak awal, saya tak pernah mengakui anda sebagai teman saya.”
***
Aku menunggu
sopir Ayah datang menjemput. Sudah lebih dari 10 menit aku menunggu. Apakah tak
ada satu pun dari orang-orang di negara ini yang bisa datang tepat waktu?
“Hey!”
Aku terlonjak
mendengar suara itu. Dengan cepat aku menoleh dan mendapati Keyfa sedang
berjalan ke arahku.
“Ngapain lo?”
Tanyanya.
“Waiting.” Jawabku.
“Mau gue
temenin?”
Refleks aku
melongo. Dia menawarkan bantuan? Serius?
“Errr...
Bukannya apa-apa. Tapi gue nggak tega liat cewek sendirian sore-sore begini. Apalagi
cewek kayak lo. Terlalu menggoda buat diculik,” Tambahnya.
Aku mengangguk
singkat. Tidak baik menolak kebaikkan. Keyfa berdiri di sampingku sembari
memainkan handphonenya.
“Untung gue
langsung pindah tempat duduk. Bisa-bisa sekarang gue ada di posisi Ratih.”
Keyfa terkekeh. “Tapi lo keren banget tadi siang. Lo bisa ngebungkam seorang
Ratih yang terkenal dengan debatannya yang mematikan.”
“Terima kasih,”
Ujarku singkat.
Hening. Aku
tidak tahan. Banyak sekali pertanyaan yang ingin aku tanyakan pada Keyfa. Tapi
aku terlalu malas bertanya lebih dahulu kepada orang asing.
“Yang lo
lakukan nggak salah kok. Serius.” Ucap Keyfa tiba-tiba membuat aku tersentak.
“Really? Tapi kenapa mereka semua seperti
itu?” Tak tahan aku menumpahkan pertanyaan-pertanyaan tersebut.
“Yaa..
Bagaimana ya gue jelasinnya? Err.. Intinya lo nggak salah, deh.”
“Saya masih tak
mengerti.”
“Gini deh. Lo
punya temen yang melakukan kejahatan dan lo lapor itu ke orang lain. Di satu pihak
lo berbuat baik, di lain pihak temen lo ngerasa dikhianati. Ngerti, kan?” Jelas
Keyfa.
Teman?
Dikhianati? Apa yang mereka tahu tentang itu? Huh.
“Muncul lagi
deh senyum jahatnya.”
Aku tersadar
dari lamunanku. “What?”
“Lo ngerti kan
maksud gue tadi?”
“Tidak,” Aku
mengambil napas dalam. “Pertama, Ratih bukan teman saya. Kedua, bagaimana saya
bisa mengkhianati saat dia memang bukan teman saya?”
“Ya memang
Ratih yang ngaku-ngaku, sih. Tapi kan...”
“Saya tak
pernah bilang kalau dia teman saya.”
“Umumnya saat
orang melakukan perkenalan, itulah awal sebuah pertemanan.”
“If that so, i don’t want to know everybody.”
“Lo kenapa,
sih?”
Aku menundukkan
kepalaku. Semua ingatan itu langsung menyerbuku. “Last time I had a friend, I gave all I had to her, and what she did
just stab me. She dated my boyfriend. She said many bad things about me to her
another friends. I was so idiot,”
Hening. Aku
menengadahkan kepala dan mendapati Keyfa sedang menatap bingung ke arahku. Is he deaf?
“Terus apa itu
berarti semua orang yang akan berteman dengan lo punya niat untuk menghancurkan
lo?”
Deg. Seperti
sebuah tombak yang mempunyai ujung runcing, perkataannya langsung menembus
otakku.
“Temen lo yang
dulu itu memang salah. Tapi lo harus jadikan itu pelajaran. Bukan kenangan
buruk. Bukan dijadiin tameng buat masa depan lo.”
“Jadi, saya
salah?” Aku mendengus kesal.
“Yap.”
Aku melirik
sinis padanya. “Saya harus minta maaf kepada Ratih?”
“Absolutely.”
"Karena?"
"Karena lebih baik lo minta maaf walaupun lo nggak salah, daripada lo keras kepala selalu benar."
"Karena?"
"Karena lebih baik lo minta maaf walaupun lo nggak salah, daripada lo keras kepala selalu benar."
Aku balikkan
badanku menghadapnya, memiringkan kepalaku, dan menyipitkan mataku.
Menantangnya.
“Maksud gue, dia juga harus minta
maaf sama lo. Kalian berdua saling minta maaf. Yaelah, serem banget sih lo!”
Ucapnya cepat-cepat. “Dan lo pernah denger kata-kata Abraham Lincoln nggak?
Kata dia ‘Am I not destroying my enemies when I make friends of
them?’”
Aku balikkan
lagi badanku. Berusaha meresapi semua kata-kata Keyfa. Dia ada benarnya. Tidak
baik membawa kenangan burukmu ke masa depanmu. Tapi tetap saja rasanya hati ini
masih sakit mengingat pengkhianatan Rhannadine.
“Kalau lo ngerasa
masih susah buat maafin, nggak usah dipaksa. Saran gue sih lo mulai sesuatu
yang baru. Tuhan ngasih lo hal yang buruk supaya lo siap dengan hal yang
menyenangkan.” Jelas Keyfa seolah bisa membaca pikiranku.
“Walaupun anda
orang yang messy, jalan pikiran anda
ternyata bagus juga.” Ucapku ogah-ogahan.
Bisa
kulihat
dengan sudut mataku Keyfa meringis. “Lo tuh harus belajar bagaimana
caranya supaya nggak terlalu polos tahu nggak?” Keyfa memalingkan
mukanya melihat ke jalan dengan tatapan
kesal.
“Could you help me then?”
Keyfa menengok
ke arahku. “Bantu apa?”
“Belajar menjadi orang yang nggak terlalu polos.”
Kulihat orang
itu tersenyum. Senyum yang berbeda dengan yang pernah kulihat. “Tentu.”
Aku menghela
napas dan dengan cepat mengulurkan tanganku ke arahnya.
“Apa?” Tanya
Keyfa bingung.
“You said that i have to start the new one.
So, i want to start it from you.” Aku pasti bisa. “Nama saya Anandia Martha
Yuniati. Anda bisa panggil saya Artha. Nice
to know you.”
Keyfa membeku
cukup lama. Tanganku belum bergeming sedari tadi. Tapi nyaliku sudah ciut
duluan. Perlahan kutarik kembali tanganku. Tapi tiba-tiba tangan Keyfa sudah
menggenggam tanganku.
“Keyfa Rusyadi.
Lo panggil gue Keyfa aja. Dan sebagai pelajaran pertama gue ke lo, gue akan
ubah kata ‘saya-anda’ kamu setidaknya menjadi ‘aku-kamu’.” Ucap Keyfa dengan
senyum termanisnya.
============================
Oke (~_~) Udah lama gue nggak buat cerpen sama fanfict. Maklum gue lagi sibuk sama pelajaran di sekolah. Cerpen ini meaningnya nggak kuat banget, sih. Tapi cukuplah untuk sekedar penyegar otak (Buat gue, sih. Hehehe) :)
Sign (Skip 2)
Mungkin ada beberapa followers twitter gue yang menganggap gue fanatik dengan horoskop. Itu salah besar -___-
Gue orang yang ngebaca horoskop dan 5 menit kemudian lupa dengan isi horoskop tersebut. Tapi saat gue baca fakta tentang kepribadian sign, baru gue suka. Kenapa? Kan, aneh aja kalau orang lain bisa baca kepribadian orang lain dengan sign doang? Yaaaa untung2 kalau bener. Kalau salah ya sama gue juga diabaikan kok. Nah masalahnya acc twitter horoskop di tl gue kadang2 bener -_- benernya itu bikin jleb.
Jadi jangan aneh kalau liat gue ngeretweet dan ngefavoritekan beberapa tweet. Karna itu emang gue banget -__-
Subscribe to:
Posts (Atom)